tindakan yang menyedihkan hati tuhan

Sebagaiumat Tuhan kita percaya bahwa Ia mahaadil dan karena itu kita yakin bahwa Tuhanlah yang pada akhirnya mengambil tindakan yang paling tepat. "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau." Mazmur 37: 1 - 2 Namun ada sebuah fakta yang menyedihkan. Pada tahun 2010, LiveStrong menggunakan dana sumbangan sebesar US$500,000 (setengah juta dolar Amerika), hanya untuk menuntut ratusan organisasi sosial lainnya, yang menggunakan motto dengan kata 'live' atau 'strong'. tetapi karena kita memiliki hati yang dekat dengan Tuhan dan ingin TernyataTuhan Yesus tidak mengusir atau menghindarinya, malahan Dia menyentuhnya dengan hati yang penuh belas kasihan, bahkan menyembuhkannya seketika itu juga! (ay 41-42). Menurut Firman Tuhan, tindakan Yesus ini didasari oleh belas kasihNya, "Lalu tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan."(ay 41). Alkitabmenempatkan iri hati sebagai "perbuatan daging." "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Psalms11. Psa 11:1 Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: "Terbanglah ke gunung seperti burung!" Psa 11:2 Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap. Site De Rencontre Pour Hommes Et Femmes Mariés. Selama beberapa tahun terakhir percaya kepada Tuhan, aku terus berdoa dan membaca Alkitab setiap hari, dan selalu pergi bekerja untuk Tuhan, tetapi aku merasa bahwa masih terasing dari Tuhan. Bahkan kadang-kadang ketika aku berdoa atau membaca Alkitab, pikiranku akan melayang ke hal-hal lain, diganggu oleh beberapa hal sepele dalam kehidupanku sehari-hari, dan kemudian aku tidak mampu menenangkan hatiku di hadapan Tuhan sama sekali. Jadi setelah beberapa tahun, aku tidak memiliki banyak pemahaman tentang firman Tuhan, aku juga tidak memiliki banyak pertumbuhan dalam kehidupan rohaniku. Baru-baru ini, aku membaca beberapa buku. Dan baru kemudian aku mengerti bahwa jika kita ingin mencapai efek dalam renungan rohani kita, pelajaran paling mendasar yang harus dimasuki adalah menenangkan hati kita di hadapan Tuhan. Hanya dengan melakukan itu kita dapat menerima jamahan, pencerahan, dan penerangan Roh Kudus, dan kemudian membangun hubungan yang benar dengan Tuhan dan memasuki jalur yang benar dalam kehidupan rohani kita. Lambat laun, kehidupan rohani kita akan semakin maju. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk berlatih menenangkan hati kita di hadapan Tuhan? Aku telah menemukan beberapa cara penerapan dari sebuah buku. Sekarang, aku ingin membagikannya dengan Anda. Navigasi cepat Pertama, Saat Berdoa, Hati Kita Harus Fokus dan Tulus Kedua, Saat Membaca Firman Tuhan, Kita Harus Menenangkan Hati dan Menggunakan Hati untuk Merenung Ketiga, Ketika Sesuatu Terjadi, Kita Harus Mencari dan Mempraktikkan Kebenaran, dan Hidup Di Hadapan Tuhan Keempat, Fokus Merenungkan Masalah dan Kekurangan Kita Setiap Hari Pertama, Saat Berdoa, Hati Kita Harus Fokus dan Tulus Sebagai orang Kristen, kita berdoa kepada Tuhan setiap hari, tetapi sebagian besar doa kita mengikuti prosedur berikut Kita tidak benar-benar menenangkan hati kita di hadapan Tuhan atau menggunakan hati yang tak terbagi dan jujur ​​untuk berbicara kepada-Nya dari hati kita, atau membawa masalah apa pun yang tidak kita pahami atau kesulitan apa pun yang kita miliki di hadapan Tuhan, untuk meminta pencerahan dan penerangan-Nya, dan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih banyak dan baru tentang firman-Nya. Sebaliknya, kita selalu berlutut di sana hanya untuk menggumamkan apa yang tidak kita maksudkan, mengucapkan kata-kata yang biasa atau berulang-ulang. Kadang-kadang ketika kita terburu-buru untuk pergi bekerja atau keluar untuk melakukan sesuatu, untuk menyelesaikan doa kita sesegera mungkin, kita hanya mengucapkan beberapa kata dengan setengah hati; bahkan terkadang ketika kita berlutut dalam doa, hati kita memikirkan hal lain, dan sebagainya. Semua perilaku ini menunjukkan bahwa kita tidak benar-benar menenangkan hati kita di hadapan Tuhan untuk memiliki persekutuan yang benar dengan Tuhan, tetapi mengulur waktu dan menipu Tuhan. Ketika kita berdoa dengan cara ini, bukan saja kita tidak dapat memperoleh jamahan atau pencerahan Roh Kudus, tetapi kita akan membuat Tuhan merasa jijik dan benci. Tuhan Yesus berfirman "Tetapi waktunya akan tiba, sekaranglah waktunya, ketika penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran karena Bapa mencari penyembah yang seperti itu" Yohanes 423. Dari kata-kata ini kita dapat melihat bahwa, tuntutan Tuhan bagi kita adalah menyembah Tuhan dengan hati yang jujur ​​dan fokus. Jadi saat berdoa, kita harus memberi tahu Tuhan tentang keadaan dan kesulitan kita yang sebenarnya. Tidak peduli apa yang ada dalam pikiran kita, kita harus sepenuhnya membuka diri kepada Tuhan. Hanya dengan demikian Tuhan akan tertarik dengan doa-doa kita, dan kita akan lebih dijamah oleh Roh Kudus, dicerahkan dan diterangi dalam berbagai hal yang tidak kita pahami, dan kita secara bertahap memahami kehendak Tuhan. Misalnya, dalam menghadapi kesulitan, hati kita selalu disibukkan oleh masalah kekayaan atau kedagingan, sehingga kita tidak mampu menempatkan hati kita untuk bekerja atau berkorban bagi Tuhan. Pada saat ini, kita dapat mengatakan yang sebenarnya kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku melihat bahwa tingkat pertumbuhanku terlalu kecil. Aku selalu hidup dalam ikatan kedagingan, selalu memikirkan dan merencanakan masa depanku, serta selalu tidak mampu melayani-Mu dengan sepenuh hati. Ketika aku melihat saudara dan saudari yang berkorban untuk-Mu dapat meninggalkan daging mereka, dan memperhatikan kehendak-Mu, aku merasa sangat malu. Aku juga ingin bangkit untuk memuaskan kehendak-Mu, berkorban dan bekerja untuk-Mu, tetapi imanku terlalu kecil, jadi aku tidak bisa mencapainya. Aku hanya ingin mempercayakan kesulitan ini ke tangan-Mu. Semoga Engkau memimpinku dan memberiku kepercayaan diri dan kekuatan ...." Jika kita selalu mengucapkan apa yang ada di hati kita dan berkomunikasi dengan Tuhan seperti ini, Tuhan akan melihat bahwa doa kita tulus daripada mengikuti prosedur. Kemudian Roh Kudus akan bekerja di dalam kita, menuntun kita untuk secara bertahap melepaskan diri dari keterikatan daging dan bangkit untuk mengabdikan diri kita kepada Tuhan. Juga, ketika kita ingin berdoa kepada Tuhan, kita harus menghindari semua hal, orang, dan perkara yang dapat mengganggu pikiran kita, dan menemukan lingkungan yang tenang. Sama seperti Tuhan Yesus berkata "Namun kamu, ketika berdoa, masuklah ke kamarmu, dan setelah menutup pintu, berdoalah kepada Bapamu secara rahasia; dan Bapamu yang melihat yang rahasia, akan memberi upah kepadamu secara terbuka" Matius 66. Kedua, Saat Membaca Firman Tuhan, Kita Harus Menenangkan Hati dan Menggunakan Hati untuk Merenung Meskipun kita sering membaca Alkitab pada waktu-waktu biasa, kita jarang mengeluarkan upaya untuk merenungkan firman Tuhan. Sebagian besar waktu kita hanya membaca firman Tuhan tanpa perenungan, menjalankan formalitas, dan merasa puas dengan pemahaman makna literal dari kebenaran. Meskipun terkadang kita menatap firman Tuhan dan membacanya, hati kita mengembara di dunia besar, dan akibatnya, setelah kita membacanya, kita tidak tahu apa arti firman Tuhan. Kadang-kadang kita juga merenungkan firman Tuhan untuk sementara waktu, tetapi jika kita tidak memiliki pencerahan sesudahnya, maka kita akan berhenti merenungkannya. Sebenarnya, kita sama sekali tidak menenangkan hati kita di hadapan Tuhan untuk mencari tahu mengapa Tuhan mengucapkan firman ini, hasil apa yang Tuhan ingin capai dengannya, dan bagaimana menerapkan dan memasuki firman untuk memenuhi persyaratan Tuhan. Itulah sebabnya kita telah percaya kepada Tuhan dan membaca firman Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi kita masih belum memiliki banyak pemahaman tentang kehendak Tuhan, kita juga belum menemukan cara untuk mempraktikkan banyak kebenaran yang harus kita praktikkan dan masuki. Jelas terlihat bahwa biasanya kita tidak cukup merenungkan firman Tuhan, jadi meskipun kita telah membaca banyak firman Tuhan, kita masih belum mampu memahami makna yang sebenarnya, dan kehidupan rohani kita masih belum bisa berkembang. Lalu, mengenai aspek kebenaran ini, apa yang harus kita lakukan untuk masuk ke dalamnya? Berikut adalah contoh. Tuhan Yesus berkata "Lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Tuhan!" Matius 1924. Kemudian kita harus merenungkan Apa maksud Tuhan dengan mengatakan ini? Aspek mana dari kehendak dan watak Tuhan yang terungkap? Hasil apa yang ingin Tuhan capai dalam diri kita? Dengan merenungkan, kita melihat bahwa orang-orang yang mengejar uang tetapi tidak mengejar kebenaran tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Kita mungkin berpikir kembali ke Zaman Kasih Karunia. Beberapa tuan tanah juga ingin mengikuti Tuhan. Tetapi mereka tidak mau melepaskan kekayaan dan kondisi hidup mereka yang tinggi karena mereka serakah akan kenyamanan dan kesenangan daging, dan tidak tahan untuk hidup sederhana dan puas, meskipun mereka tahu bahwa mereka yang percaya kepada Tuhan akan memiliki kehidupan kekal dan kesempatan untuk masuk ke dalam kerajaan surga, dan dengan demikian mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh keselamatan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa hampir tidak mungkin bagi tuan tanah untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Melalui cerita ini, kehendak Tuhan adalah agar kita tidak mengejar uang tetapi mengejar kehidupan. Jika kita memperhatikan uang, dan ketika kita mendapatkan uang, kita kehilangan nyawa, lalu apa manfaatnya bagi kita? Saat kita merenungkan firman Tuhan seperti ini, kita akan memahami kehendak Tuhan dengan lebih baik, dan kemudian kita juga dapat bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan dengan lebih baik terlepas dari apa pun yang kita hadapi. Ketiga, Ketika Sesuatu Terjadi, Kita Harus Mencari dan Mempraktikkan Kebenaran, dan Hidup Di Hadapan Tuhan Kita semua tahu bahwa renungan rohani hanya memakan sebagian kecil waktu dalam kehidupan kita sehari-hari; sebagian besar waktu kita bekerja atau berurusan dengan berbagai hal dalam hidup kita. Jadi jika kita ingin berlatih menenangkan hati di hadapan Tuhan, maka kita tidak bisa dibatasi hanya dengan berlatih membaca Alkitab dan berdoa. Kita juga harus berlatih mendekat kepada Tuhan, merenungkan kasih Tuhan dengan hati kita, dan berfokus pada mencari kebenaran dan kehendak Tuhan, dan bertindak sesuai dengan kebenaran setiap saat ketika menghadapi semua orang, peristiwa, dan hal-hal dalam kehidupan kita sehari-hari. Firman Tuhan katakan "Dalam kehidupan sehari-hari, engkau harus memahami kata-kata yang engkau ucapkan dan hal-hal yang engkau perbuat yang dapat mendatangkan ketidaknormalan dalam hubunganmu dengan Tuhan, kemudian perbaiki diri untuk berperilaku yang benar. Setiap saat, periksalah perkataanmu, tindakanmu, setiap gerak-gerikmu, serta pikiran dan gagasanmu. Pahamilah keadaanmu yang sebenarnya dan masuklah ke jalan pekerjaan Roh Kudus. Hanya dengan cara ini engkau bisa membina hubungan yang normal dengan Tuhan. Dengan menimbang apakah hubunganmu dengan Tuhan sudah normal atau belum, engkau akan dapat meralat niatmu, memahami natur esensi manusia, dan benar-benar memahami dirimu sendiri; dengan demikian, engkau akan dapat memasuki pengalaman nyata, benar-benar mengabaikan diri, dan mencapai keinginan untuk tunduk." Melalui firman Tuhan kita dapat melihat bahwa, hanya dengan selalu menenangkan hati kita di hadapan Tuhan dan mencari kehendak Tuhan dalam segala hal yang kita hadapi, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang keadaan, kekurangan, dan kelemahan kita yang sebenarnya, dan kita dapat memahami kehendak Tuhan dalam segala sesuatu yang kita hadapi untuk mempraktikkan kebenaran dan memuaskan Tuhan. Hanya melalui inilah kita dapat mempertahankan hubungan yang normal dengan Tuhan, hidup di hadapan-Nya, menghindari terjerat dalam godaan dan tipu muslihat Iblis dan melakukan hal-hal yang memberontak dan menentang Tuhan. Sama seperti Ayub, dalam kehidupan sehari-harinya, dia berusaha untuk takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan dalam segala hal, karena dia takut akan menyinggung Tuhan dan membuat Tuhan merasa jijik dengan apa yang dia lakukan. Jadi ketika putra dan putrinya berpesta dan bersenang-senang, dia tidak hanya menjauhkan diri dari mereka, tetapi juga mengirim pelayannya untuk meminta anak-anaknya untuk menyucikan diri dan mempersembahkan korban bakaran. Bahkan ketika Ayub menghadapi godaan Iblis dan kehilangan segunung domba dan sapi, kekayaan yang tak terhitung banyaknya, serta putra-putrinya, meskipun hatinya sangat tertekan dan tidak mengerti kehendak Tuhan, dia masih bisa menenangkan hatinya di hadapan Tuhan, mencari kehendak Tuhan, dan tidak berbuat dosa dengan bibirnya atau mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati Tuhan, apalagi melawan Tuhan. Dan justru karena Ayub memiliki rasionalitas dan hati yang mencari kebenaran dan takut akan Tuhan, dia dapat tunduk pada lingkungan seperti itu dan berkata, "Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" Ayub 121, dengan demikian memberikan kesaksian yang bergema yang indah dan membuat Iblis mundur dalam kehinaan. Pada akhirnya, Ayub diberkati dua kali lipat oleh Tuhan. Tidak hanya itu, ia mendapat kesempatan untuk melihat penampakan Tuhan Yahweh, dan mendapatkan berkat yang belum pernah diterima siapa pun sebelumnya. Keempat, Fokus Merenungkan Masalah dan Kekurangan Kita Setiap Hari Setiap hari kita akan menghadapi berbagai hal. Jadi kita harus datang ke hadapan Tuhan untuk merenungkan semua hal yang telah kita lakukan dalam sehari Dalam hal apa kita mempraktekkan firman Tuhan dan tindakan kita yang sesuai dengan kebenaran; dan dalam hal apa mengikuti kehendak diri sendiri dan melawan kehendak Tuhan. Kita dapat mengingatnya dan berusaha sebaik mungkin untuk menuliskannya di buku catatan kita jika kondisi dan waktu memungkinkan. Kita dapat terus melakukan hal-hal yang kita lakukan yang sesuai dengan firman Tuhan; Adapun perbuatan kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, kita harus menggunakan firman Tuhan untuk melihat masalah dan penyimpangan kita di dalamnya, dan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya tepat waktu. Misalnya, kita percaya bahwa kita dapat memperlakukan saudara-saudari dengan tulus ketika bergaul dengan mereka pada waktu-waktu biasa. Tetapi pada malam hari ketika kita merenungkan diri sendiri, kita menemukan bahwa pada siang hari, kita tidak berbicara secara terbuka dan jujur ​​kepada orang lain untuk melindungi kepentingan diri sendiri. Kita melihat bahwa demi kepentingan pribadi, kita menipu dan berbohong kepada saudara-saudari, dan mengungkapkan watak rusak yang menipu dalam hal ini. Kita tahu bahwa Tuhan muak dengan orang-orang yang suka menipu; Dia menyukai orang-orang yang jujur, polos dan terbuka. Jadi kita harus secara aktif membuka diri kepada saudara-saudari, mengaku telah berbohong dan menipu mereka, meminta mereka untuk memaafkan kita, dan memutuskan untuk tidak melakukannya lagi. Dengan cara ini, secara tidak sadar, kita akan memiliki jalan masuk ke dalam kebenaran menjadi orang yang jujur. Jika kita tidak merenungkan diri sendiri dengan datang ke hadapan Tuhan, kita tidak akan mengindahkan ekspresi kerusakan kita sehari-hari, berpikir bahwa itu semua adalah masalah sepele, dan kemudian kita tidak dapat mencapai efek meningkatkan kehidupan rohani kita. Maka hanya dengan memusatkan perhatian pada ketenangan hati di hadapan Tuhan, dengan selalu merenungkan diri sendiri dan merenungkan masalah-masalah itu dalam diri kita, kehidupan rohani kita akan semakin berkembang, hubungan kita dengan Tuhan menjadi semakin dekat, dan secara bertahap kita akan mampu menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Keempat aspek di atas merupakan arah dan jalan penerapan untuk ketenangan hati kita di hadapan Tuhan. Sangat berharap bahwa kita semua dapat mengambil manfaat darinya. “Demikian juga halnya dengan iman Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Yakobus 2 17 Minggu yang lalu saya bertemu dengan seorang teman, dan kami berbincang-bincang mengenai perbedaan antara dua aliran Kristen yang paling sering diperdebatkan. Salah satu aliran sangat menekankan hal kedaulatan Tuhan sehingga segala sesuatu dilihat dari sudut pandang bahwa manusia hanya bisa berserah kepada Tuhan. Tuhan yang menetapkan siapa yang bisa menjadi umatNya dan menentukan segala sesuatu untuk umatNya, baik itu berupa hal yang meyenangkan maupun hal yang menyedihkan. Mereka percaya bahwa Tuhan mahakasih, tetapi keputusan Tuhan tidak bisa dipengaruhi cara hidup manusia. Sekalipun manusia berusaha untuk hidup menurut firmanNya, itu tidak menjamin keselamatan mereka. Orang diselamatkan karena iman, tetapi iman itu datang dari Tuhan tanpa terpengaruh perbuatan manusia. Aliran yang lain menekankan sifat Tuhan yang mahakasih, yang mau mengampuni manusia jika mereka bertobat dan menyatakan pertobatan mereka. Tuhan bisa mengasihani mereka yang hancur hatinya dan mencari Tuhan dengan sepenuh hati. Tuhan memberikan iman kepada mereka yang mau bersunguh-sungguh memintanya. Tuhan mengasihi mereka yang percaya kepadanya dan rajin berbuat baik untuk Dia dan sesama. Dengan demikian, sikap Tuhan terhadap ciptaanNya dipengaruhi oleh perbuatan mereka. Tuhan bisa berubah pikiran dan itu karena kasihNya. Kitab Yakobus agaknya berbeda dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab. Bagi sebagian orang Kristen yang mengikuti aliran yang pertama, ada sedikit kesan bahwa Yakobus agaknya mementingkan perbuatan dan bahkan menyetarakan iman dengan perbuatan baik. Oleh karena itu, kitab Yakobus mungkin kurang disenangi oleh mereka, dan bahkan ada yang berpendapat bahwa kitab ini mungkin bukan bagian dari Alkitab. Pada pihak yang lain, ada aliran yang sering memakai kitab Yakobus untuk menekankan pentingnya perbuatan, dan bahkan mengharuskan perbuatan baik untuk menjamin adanya keselamatan. Bukankah menurut 1 Korintus 13 13, kasih adalah lebih besar dari iman dan pengharapan? Bagaimana manusia bisa mendapatkan keselamatan sesudah hidupnya berakhir di dunia adalah hal utama yang dibahas dalam semua aliran kepercayaan. Kalau ada orang yang hanya membahas bagaimana manusia bisa hidup berbahagia di dunia, orang itu bukan membahas kepercayaan tetapi falsafah hidup. Hidup di dunia memang dapat dilihat dan dirasakan, dan untuk itu kita tidak membutuhkan kepercayaan, tetapi perlu melakukan tindakan atau perbuatan. Seorang mungkin percaya bahwa pada suatu saat manusia akan bisa pergi ke planet Mars, tetapi kepercayaan semacam itu bukanlah iman, melainkan keyakinan berdasarkan pengetahuan manusia. Tambahan pula, keyakinan itu tidak perlu mengubah cara hidup manusia saat ini, karena hal pergi atau tidak pergi ke Mars sepenuhnya adalah pilihan manusia. Karena itu, hal semacam itu tidak perlu membawa konsekuensi langsung pada cara hidup manusia di dunia. Bagaimana pula dengan kemungkinan bahwa sesudah hidup di dunia ini berakhir, roh kita akan hidup di tempat lain? Ilmu pengetahuan tidak bisa membuktikan hal ini akan terjadi, dan karena itu kita membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar keyakinan berdasarkan pengetahuan manusia. Untuk memercayai sesuatu yang tidak bisa dilihat dan diduga manusia, kita memerlukan iman; dan ini pasti tidak dapat bersumber dari manusia. Iman harus datang dari sumber yang bisa dipercayai. Dan melalui iman orang percaya bahwa keselamatan adalah sepenuhnya anugerah Tuhan. Yesus adalah satu-satunya manusia yang sudah datang dari surga dan membawa berita tentang adanya kehidupan sesudah hidup kita di dunia ini berakhir. Yesus jugalah yang sudah kembali ke surga setelah tugasNya di dunia berakhir. Yesus jugalah yang pernah berkata bahwa hanya mereka yang percaya kepadaNya akan ke surga, sedangkan mereka yang menolakNya akan pergi ke neraka. Manusia yang diberi kemampuan untuk menyadari bahwa Yesus adalah Tuhan, pasti yakin bahwa hal ini adalah sesuatu yang penting, dan bahkan lebih penting daripada hal-hal yang lain di dunia. Hidup di dunia ternyata hanya sebagian kecil dari keseluruhan hidup yang ada. Keyakinan akan adanya sesuatu yang akan datang, yang jauh lebih lama dan lebih signifikan daripada apa yang dialami di dunia, tidak mungkin untuk tidak mempengaruhi hidup kita yang sekarang. Hanya ada dua kemungkinan di masa depan hidup bahagia atau hidup sengsara dan keduanya akan abadi. Karena itu, jika kita benar-benar beriman, tidaklah mungkin bagi kita untuk tidak merasakan adanya dorongan hati untuk bersyukur atas kasihNya, dan untuk mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya untuk masa depan dengan menyempurnakan iman kita Matius 5 48. Memang kita diselamatkan hanya karena iman, tetapi iman yang benar akan nampak dalam hidup kita di dunia sebagai hidup yang taat kepada perintah Tuhan. Hari ini kita dingatkan bahwa iman harus disertai dengan perbuatan yang seirama. Karena kita percaya bahwa kita akan hidup bersama Tuhan di surga, kita harus bisa memakai hidup kita yang sekarang ini untuk kemuliaan Tuhan dan untuk mengasihi sesama kita, baik mereka yang seiman atau pun mereka yang mempunyai kepercayaan yang berbeda. Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.” Yakobus 2 22 ”Aku menetapkan pola bagimu, agar, sebagaimana yang telah kulakukan kepadamu, kamu harus melakukannya juga.”​—YOH. 1315. 1, 2. Pada malam terakhir kehidupannya di bumi, apa yang Yesus ajarkan kepada para rasulnya? MALAM itu adalah malam terakhir kehidupan Yesus di bumi. Ia berada di ruang atas sebuah rumah di Yerusalem bersama rasul-rasulnya. Sewaktu mereka sedang makan, Yesus berdiri dan menanggalkan pakaian luarnya. Ia mengikatkan handuk di pinggangnya, lalu menuangkan air ke dalam baskom. Ia pun mulai mencuci kaki murid-murid itu dan mengeringkannya dengan handuk. Kemudian, ia mengenakan kembali pakaian luarnya. Mengapa Yesus melakukan tindakan yang dianggap rendah ini?​—Yoh. 133-5. 2 Yesus menjelaskan, ”Tahukah kamu apa yang telah aku lakukan kepadamu? . . . Jika aku, meskipun Tuan dan Guru, membasuh kakimu, kamu juga wajib saling membasuh kaki. Karena aku menetapkan pola bagimu, agar, sebagaimana yang telah kulakukan kepadamu, kamu harus melakukannya juga.” Yoh. 1312-15 Melalui kerelaannya melakukan hal ini, Yesus mengajar para rasulnya untuk rendah hati. Pelajaran itu akan selalu mereka ingat dan akan mendorong mereka untuk berlaku rendah hati di kemudian hari. 3. a Bagaimana Yesus menandaskan pentingnya kerendahan hati pada dua kesempatan? b Apa yang akan kita bahas dalam artikel ini? 3 Bukan pada peristiwa itu saja Yesus menandaskan pentingnya kerendahan hati kepada para rasulnya. Sebelumnya, sewaktu beberapa rasul memperlihatkan semangat bersaing, Yesus memanggil seorang anak kecil untuk mendekat, dan Ia mengatakan kepada mereka, ”Barang siapa menerima anak kecil ini atas dasar namaku, menerima aku juga, dan barang siapa menerima aku, menerima dia juga yang mengutus aku. Karena dia yang bertingkah laku sebagai pribadi yang lebih kecil di antara kamu semua, dialah yang besar.” Luk. 946-48 Pada kesempatan lain, sewaktu berbicara dengan orang Farisi yang suka mencari kedudukan terkemuka, Yesus mengatakan, ”Setiap orang yang meninggikan diri akan direndahkan dan dia yang merendahkan diri akan ditinggikan.” Luk. 1411 Jelaslah, Yesus ingin agar para pengikutnya rendah hati. Ia tidak mau mereka bersikap sombong, angkuh, atau menganggap diri lebih hebat daripada orang lain. Mari kita cermati teladan kerendahan hatinya agar kita bisa menirunya. Dan, perhatikanlah bahwa sifat ini bisa bermanfaat bukan hanya bagi orang yang menunjukkannya, melainkan juga bagi orang lain. ”AKU TIDAK BERPALING KE ARAH YANG BERLAWANAN” 4. Bagaimana Putra Allah memperlihatkan kerendahan hati sebelum ia datang ke bumi? 4 Putra Allah menunjukkan kerendahan hati bahkan sebelum ia datang ke bumi. Di surga, Yesus bergaul dengan Bapak surgawinya selama miliaran tahun. Buku Yesaya menggambarkan betapa eratnya hubungan Sang Putra dengan Bapaknya dengan kata-kata, ”Tuan Yang Berdaulat Yehuwa telah memberi aku lidah seorang murid, agar aku mengetahui caranya menjawab orang yang lelah dengan perkataan. Ia bangun setiap pagi; ia membangunkan telingaku agar mendengar seperti seorang murid. Tuan Yang Berdaulat Yehuwa membuka telingaku, dan mengenai aku, aku tidak memberontak. Aku tidak berpaling ke arah yang berlawanan.” Yes. 504, 5 Yesus sangat ingin belajar dari Allah. Ia dengan rendah hati mendengarkan apa yang Yehuwa ajarkan. Pastilah Yesus juga memerhatikan baik-baik bagaimana Yehuwa dengan rendah hati memperlihatkan belas kasihan kepada umat manusia yang berdosa! 5. Bagaimana Yesus memperlihatkan kerendahan hati dan kesahajaan sewaktu berselisih dengan Iblis? 5 Tidak semua malaikat rendah hati seperti Yesus. Malaikat yang menjadi Setan Si Iblis tidak mau belajar dari Yehuwa. Ia malah menjadi angkuh dan merasa lebih hebat daripada yang lain. Sikapnya ini sangat berlawanan dengan kerendahan hati. Ia pun memberontak melawan Yehuwa. Sebaliknya, Yesus merasa puas dengan wewenang yang Yehuwa berikan dan tidak ingin menyalahgunakan wewenangnya. Sewaktu ’berselisih dengan Iblis mengenai tubuh Musa’, Yesus tidak mau bertindak melampaui wewenangnya, sekalipun ia adalah Mikhael, malaikat yang paling berkuasa. Ya, Putra Allah menunjukkan kerendahan hati dan kesahajaan. Ia rela menantikan Yehuwa, Hakim Tertinggi di alam semesta, untuk menangani hal itu dengan cara dan pada waktu yang Allah tentukan.​—Baca Yudas 9. 6. Mengapa dapat dikatakan bahwa Yesus rendah hati dengan menerima tugas sebagai Mesias? 6 Sewaktu masih di surga, Yesus pasti mengetahui semua nubuat tentang kehidupannya kelak sebagai Mesias di bumi. Jadi, kemungkinan besar ia sudah mengetahui semua penderitaan yang akan ia alami. Namun, Yesus tetap menerima tugas untuk hidup di bumi dan mati sebagai Mesias yang dijanjikan. Mengapa? Karena ia rendah hati. Rasul Paulus menekankan hal itu dengan menulis, ”Walaupun ada dalam wujud Allah, [ia] tidak pernah mempertimbangkan untuk merebut kedudukan, yakni agar ia setara dengan Allah. Tidak, tetapi ia mengosongkan dirinya dan mengambil wujud seorang budak dan menjadi sama dengan manusia.”​—Flp. 26, 7. SEBAGAI MANUSIA, ”IA MERENDAHKAN DIRINYA” 7, 8. Dengan cara apa saja Yesus memperlihatkan kerendahan hati selama masa kanak-kanak dan sepanjang masa pelayanannya? 7 ”Ketika [Yesus] berada dalam wujud sebagai manusia,” tulis Paulus, ”ia merendahkan dirinya dan taat sampai mati, ya, mati pada tiang siksaan.” Flp. 28 Sejak masa kanak-kanak, Yesus sudah meninggalkan pola kerendahan hati. Sekalipun dibesarkan oleh orang tua yang tidak sempurna​—Yusuf dan Maria—​Yesus dengan rendah hati ”terus tunduk kepada mereka”. Luk. 251 Sungguh bagus teladannya itu bagi anak-anak! Allah pasti akan memberkati mereka jika mereka rela menaati orang tua. 8 Setelah dewasa, Yesus memperlihatkan kerendahan hati dengan selalu menomorsatukan kehendak Yehuwa, bukan kehendaknya sendiri. Yoh. 434 Selama masa pelayanannya, Yesus Kristus menggunakan nama Allah, dan ia membantu orang-orang yang tulus untuk memperoleh pengetahuan yang saksama tentang sifat-sifat Yehuwa dan kehendak-Nya bagi manusia. Yesus tidak hanya mengajar orang lain untuk menjalani kehidupan yang menyenangkan Allah, tetapi ia sendiri juga menerapkannya. Dalam contoh doa yang ia ajarkan, hal pertama yang Yesus sebutkan adalah, ”Bapak kami yang di surga, biarlah namamu disucikan.” Mat. 69 Jadi, Yesus mengajar murid-muridnya bahwa hal terpenting dalam kehidupan adalah memuliakan nama Yehuwa. Kehidupannya sendiri pun menunjukkan hal itu. Menjelang akhir pelayanannya di bumi, Yesus bisa dengan yakin mengatakan kepada Yehuwa dalam doanya, ”Aku telah memberitahukan namamu kepada mereka [para rasul] dan akan memberitahukannya.” Yoh. 1726 Selain itu, Yesus sering mengatakan bahwa tidak ada satu pun yang dapat ia lakukan tanpa bantuan Yehuwa.​—Yoh. 519. 9. Apa yang dinubuatkan Zakharia tentang Mesias? Bagaimana nubuat ini tergenap atas diri Yesus? 9 Zakharia bernubuat tentang Mesias, ”Nikmatilah sukacita besar, hai, putri Zion. Bersoraklah dalam kemenangan, hai, putri Yerusalem. Lihat! Rajamu datang kepadamu. Ia adil-benar, ya, diselamatkan; ia rendah hati, dan menunggang seekor keledai jantan, ya, binatang yang sudah dewasa anak keledai betina.” Za. 99 Nubuat ini tergenap ketika Yesus memasuki Yerusalem sebelum Paskah tahun 33 M. Orang-orang menghamparkan pakaian luar mereka dan cabang-cabang pohon di jalan. Seluruh penduduk menyambutnya dengan riuh sewaktu ia memasuki kota. Ya, sekalipun orang-orang mengelu-elukan dia sebagai Raja mereka, Yesus tetap rendah hati.​—Mat. 214-11. 10. Dengan taat sampai mati, apa yang Yesus buktikan? 10 Sewaktu berada di bumi, Yesus Kristus terus memperlihatkan kerendahan hati dan ketaatan bahkan hingga kematiannya di tiang siksaan. Dengan demikian, ia memberikan bukti yang tidak dapat dibantah bahwa manusia dapat tetap loyal kepada Yehuwa meskipun diuji habis-habisan. Yesus juga menunjukkan betapa salahnya tuduhan Setan bahwa manusia melayani Yehuwa hanya karena mengharapkan imbalan. Ayb. 19-11; 24 Melalui ketaatannya yang sempurna, Kristus menunjukkan bahwa Yehuwa memang berhak memerintah, dan bahwa cara Dia memerintah adalah yang terbaik. Yehuwa pasti sangat senang melihat keloyalan yang tak tergoyahkan dari Putra-Nya yang rendah hati ini.​—Baca Amsal 2711. 11. Berkat korban tebusan Yesus Kristus, apa yang diperoleh orang-orang yang beriman? 11 Melalui kematiannya di tiang siksaan, Yesus juga menyediakan tebusan bagi manusia. Mat. 2028 Atas dasar korban Yesus, Yehuwa dapat mengampuni dosa kita sesuai dengan tuntutan-Nya yang adil-benar dan memberi manusia kesempatan untuk hidup abadi. ”Melalui satu tindakan yang menghasilkan pembenaran, segala macam orang dinyatakan adil-benar untuk kehidupan,” tulis Paulus. Rm. 518 Berkat kematian Yesus, orang-orang Kristen terurap dapat hidup abadi di surga, sedangkan ”domba-domba lain”, hidup abadi di bumi.​—Yoh. 1016; Rm. 816, 17. AKU ”RENDAH HATI” 12. Bagaimana Yesus memperlihatkan kelembutan dan kerendahan hati dalam memperlakukan manusia tidak sempurna? 12 Yesus mengundang semua orang yang ”berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat” untuk datang kepadanya. Ia mengatakan, ”Pikullah kuk aku dan belajarlah padaku, karena aku berwatak lembut dan rendah hati, dan kamu akan menemukan kesegaran bagi jiwamu.” Mat. 1128, 29 Karena Yesus rendah hati dan lembut, ia memperlakukan manusia yang tidak sempurna dengan baik hati dan tidak berat sebelah. Ia tidak mengharapkan lebih daripada yang dapat dilakukan murid-muridnya. Yesus memuji mereka dan membangkitkan semangat mereka. Ia tidak membuat mereka merasa tidak pandai atau tidak berharga. Yesus pastilah bukan orang yang keras atau sulit disenangkan. Sebaliknya, ia meyakinkan para pengikutnya bahwa kalau mereka mendekat kepadanya dan menerapkan ajarannya, mereka akan merasa disegarkan, sebab kuknya nyaman dan tanggungan darinya ringan. Pria dan wanita, juga tua dan muda, senang bergaul dengan Yesus.​—Mat. 1130. 13. Bagaimana Yesus memperlihatkan belas kasihan kepada rakyat jelata? 13 Yesus merasa kasihan melihat rakyat jelata Israel, dan ia berbuat sebisa-bisanya untuk meringankan beban hidup mereka. Di dekat Yerikho, ia bertemu dengan dua orang pengemis buta, yang salah satunya bernama Bartimeus. Mereka terus berteriak meminta Yesus menolong mereka, tetapi orang-orang dengan tegas menyuruh mereka diam. Yesus tentu bisa saja mengabaikan permohonan orang-orang buta itu. Namun, karena terdorong oleh rasa kasihan, ia meminta mereka mendekat, lalu ia menyembuhkan mereka. Ya, Yesus meniru Bapaknya, Yehuwa, dengan memperlihatkan kerendahan hati dan belas kasihan kepada manusia berdosa yang dipandang rendah.—Mat. 2029-34; Mrk. 1046-52. ”BARANG SIAPA MERENDAHKAN DIRINYA AKAN DITINGGIKAN” 14. Hal baik apa saja yang dihasilkan oleh kerendahan hati Yesus? 14 Kerendahan hati yang Yesus perlihatkan sepanjang hidupnya menghasilkan sukacita dan berkat. Yehuwa bersukacita melihat Putra yang dikasihi-Nya dengan rendah hati menaati Dia. Para rasul dan murid Yesus pun disegarkan oleh kelembutan dan kerendahan hatinya. Teladannya, ajarannya, dan pujiannya yang hangat mendorong mereka untuk maju secara rohani. Yesus juga membantu rakyat jelata dengan mengajar dan menghibur mereka, serta memberikan apa yang mereka butuhkan. Terlebih lagi, dengan adanya korban Yesus, semua orang yang beriman kepadanya akan memperoleh berkat untuk selama-lamanya. 15. Karena rendah hati, apa yang Yesus dapatkan? 15 Bagaimana dengan Yesus sendiri? Apakah kerendahan hatinya bermanfaat bagi dirinya? Tentu saja, karena ia mengatakan kepada murid-muridnya, ”Barang siapa merendahkan dirinya akan ditinggikan.” Mat. 2312 Itulah yang terjadi atas diri Yesus. Paulus mengatakan, ”Allah meninggikan [Yesus] kepada kedudukan yang lebih tinggi dan dengan baik hati memberinya nama di atas setiap nama lain, sehingga dengan nama Yesus semua harus bertekuk lutut, yaitu mereka yang berada di surga, di bumi, dan di bawah tanah, dan setiap lidah harus mengakui secara terbuka bahwa Yesus Kristus adalah Tuan bagi kemuliaan Allah, sang Bapak.” Karena kerendahan hati dan kesetiaan Yesus sewaktu hidup di bumi, Allah Yehuwa meninggikan Putra-Nya dengan memberinya wewenang atas semua makhluk di surga dan di bumi.​—Flp. 29-11. YESUS ’MENUNGGANG DEMI KEBENARAN DAN KERENDAHAN HATI’ 16. Apa yang memperlihatkan bahwa Putra Allah akan selalu rendah hati? 16 Putra Allah akan selalu rendah hati. Sebagai Raja di surga, ia akan bertindak atas musuh-musuh Allah. Salah seorang pemazmur menubuatkan, ”Dalam semarakmu teruslah menuju keberhasilan; menungganglah demi kebenaran dan kerendahan hati dan keadilbenaran.” Mz. 454 Di Armagedon, Yesus Kristus akan berperang untuk membela orang-orang yang rendah hati, adil-benar, dan mengasihi kebenaran. Lalu, apa yang akan terjadi pada akhir Pemerintahan Seribu Tahun Kristus setelah ia ”meniadakan semua pemerintah dan semua wewenang dan kuasa”? Apakah ia akan tetap rendah hati? Pasti, sebab ’ia akan menyerahkan kerajaan kepada Allah dan Bapaknya’.​—Baca 1 Korintus 1524-28. 17, 18. a Mengapa hamba-hamba Yehuwa harus mengikuti pola kerendahan hati Yesus? b Apa yang akan dibahas dalam artikel berikutnya? 17 Bagaimana dengan kita? Apakah kita akan mengikuti pola yang ditetapkan oleh Sang Teladan kita dan memperlihatkan kerendahan hati? Di Armagedon, hanya orang yang rendah hati dan adil-benar yang akan diselamatkan oleh Raja Yesus Kristus. Jadi, kalau ingin selamat, kita harus rendah hati. Dan, sama seperti Yesus, kalau kita rendah hati, bukan kita saja yang akan menuai manfaatnya, tetapi orang lain juga. 18 Apa yang akan membantu kita meniru pola Yesus? Bagaimana kita dapat mengupayakan kerendahan hati sekalipun tidak mudah? Kita akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dalam artikel berikutnya. Saya ingin memberikan jaminan bahwa ada suatu penyembuhan yang pasti bagi rasa sakit hati, kekecewaan, kesengsaraan, penderitaan, dan kepedihan. Pemazmur menyatakan, “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.”1 Penyembuhan adalah mukjizat ilahi; luka-luka adalah keadaan yang dialami semua umat manusia. Shakespeare telah menyatakan, “Orang dapat menertawakan luka hanya jika dia sendiri tidak memiliki luka itu.”2 Tampaknya tidak seorang pun yang luput dari masalah, tantangan, dan kekecewaan dunia ini. Dalam masyarakat modern yang penuh kesibukan, beberapa metode penyembuhan yang orang tua kita rasakan tampaknya tidak lagi berhasil dalam kehidupan kita. Semakin sedikit orang yang mampu meredakan stres dengan melakukan kerja fisik dan mengolah tanah. Berbagai tuntutan yang meningkat, opini yang berbeda, iklan yang menggoda, suara berisik, keadaan sulit dari banyaknya hubungan pribadi dapat merampok jiwa kita dari kedamaian yang dibutuhkan oleh jiwa kita agar berdaya guna dan hidup. Ketergesaan kita untuk memenuhi tuntutan kerja rutin kita menghancurkan kedamaian batin kita. Tekanan-tekanan untuk bersaing dan hidup amatlah besar. Hasrat kita untuk memiliki harta benda pribadi tampak besar pula. Meningkatnya kekuatan-kekuatan yang menghancurkan individu serta keluarga mendatangkan kepedihan besar dan rasa sakit hati. Satu alasan penyebab penyakit rohani dalam masyarakat kita adalah bahwa begitu banyak orang yang tidak mengetahui atau peduli dengan apa yang secara moral benar dan salah. Begitu banyak hal dinilai berdasarkan pada kenyamanan serta pemerolehan uang atau barang. Baru-baru ini, segelintir orang dan tersebut, yang cukup berani untuk berdiri dan bersuara menentang perzinaan, ketidakjujuran, kekerasan, serta bentuk-bentuk kejahatan lainnya sering dicemooh. Banyak hal yang secara jelas adalah salah, baik yang sah maupun tidak sah. Mereka yang bersikukuh mengikuti hal-hal yang jahat dari dunia tidak dapat mengetahui “damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal.”3 Bagaimanapun juga, kita harus menemukan pengaruh penyembuhan yang mendatangkan keteduhan bagi jiwa. Di manakah balsam ini? Di manakah kelegaan pengganti yang sedemikian diperlukan untuk membantu kita mengatasi tekanan-tekanan dunia? Penghiburan pengganti dapat datang melalui komunikasi yang meningkat dengan Roh Allah. Ini dapat mendatangkan penyembuhan rohani. Penyembuhan rohani digambarkan dalam kisah Warren M. Johnson, yang merupakan seorang pionir operator kapal feri di Lee’s Ferry, Arizona. Sebagai pemuda, Warren Johnson pergi ke barat mencari emas pada musim semi tahun 1866. Dia sakit parah, dan rekan-rekannya meninggalkannya di bawah sebatang pohon di halaman rumah sebuah keluarga di Bountiful, Utah. Salah seorang anak perempuan keluarga itu menemukannya dan melaporkan bahwa ada orang mati di halaman itu. Meskipun dia benar-benar orang asing, keluarga yang baik ini membawanya masuk dan merawatnya sampai sembuh. Mereka mengajarkan Injil kepadanya dan dia dibaptiskan. Akhirnya dia berhenti sebagai operator kapal feri di Lee’s Ferry. Pada tahun 1891 keluarga Warren Johnson mengalami sebuah tragedi besar. Dalam waktu singkat, mereka kehilangan empat anak karena penyakit difteri. Keempat anak itu dikuburkan secara berdampingan. Dalam sepucuk surat kepada Presiden Wilford Woodruff, tertanggal 29 Juli 1891, Warren menceritakan kisah itu “Dengan hormat, Pada bulan Mei 1891 sebuah keluarga yang tinggal di Tuba City, datang ke sini dari Richfield Utah, dimana mereka telah menghabiskan musim dingin mereka untuk mengunjungi teman-teman. Di Panguitch mereka menguburkan seorang anak, dan tanpa membersihkan kereta atau diri mereka sendiri, bahkan tidak berhenti untuk mencuci pakaian si anak yang meninggal, mereka datang ke rumah kami dan menginap, berbaur dengan anak-anak kecil kami …. Kami tidak tahu apa-apa mengenai sifat penyakit itu, namun memiliki iman kepada Allah, saat kami berada di sini di ladang misi yang sangat keras, dan berusaha sekeras yang kami ketahui untuk mematuhi Kata-Kata Bijaksana, serta melaksanakan tugas-tugas keagamaan kami, seperti membayar persepuluhan, doa keluarga, dan sebagainya, agar anak-anak kami dapat diselamatkan. Namun, dalam waktu 4 1/2 hari [anak lelaki sulung] meninggal dalam pelukan saya. Dua orang lagi meninggal karena penyakit dan kami berpuasa serta berdoa sebanyak mungkin menurut kebijaksanaan kami, karena kami memiliki banyak tugas untuk dilaksanakan di sini. Kami berpuasa selama 24 jam dan saya pernah berpuasa selama 40 jam, namun dua anak perempuan saya juga meninggal. Sekitar satu minggu setelah kematian mereka anak perempuan saya yang berusia lima belas tahun, Melinda, terserang penyakit dan kami melakukan segalanya semampu kami namun dia mengikuti yang lainnya, dan tiga orang dari anak perempuan terkasih saya serta seorang anak lelaki telah meninggal, dan itu belum berakhir. Anak perempuan tertua saya yang berusia 19 tahu sekarang tak berdaya karena penyakit, dan kami berpuasa serta berdoa untuk kesembuhannya …. Apa yang telah kami perbuat sehingga Tuhan meninggalkan kami, dan apa yang dapat kami lakukan untuk memperoleh kasihnya lagi[?] Salam dalam Injil Warren M. Johnson”4 Dalam sepucuk surat berikutnya kepada temannya, Warren Foote, Brother Johnson bersaksi bahwa dia telah menemukan kedamaian rohani. “Tetapi saya dapat meyakinkan Anda, bahwa itu merupakan [pencobaan] tersulit dalam kehidupan saya, namun saya memulainya untuk keselamatan, dan saya memutuskan melalui bantuan dari Bapa Surgawi saya untuk berpegang teguh pada pegangan besi, tidak peduli apa pun pencobaan yang mungkin menimpa saya. Saya tidak mengabaikan kinerja dari tugas-tugas saya, dan berharap serta percaya bahwa saya akan memiliki iman dan doa dari saudara-saudara saya supaya saya boleh hidup agar dapat menerima berkat-berkat, melalui wewenang Anda, yang telah Anda anugerahkan di atas kepala saya.”5 Pasal-Pasal Kepercayaan ketujuh menyatakan bahwa, di antara karunia-karunia rohani lainnya, kita percaya pada karunia penyembuhan. Saya percaya karunia ini mencakup untuk menyembuhkan baik tubuh maupun roh. Roh berbicara kedamaian ke dalam jiwa. Keteduhan rohani ini datang dengan memohon karunia-karunia rohani, yang diminta dan dinyatakan dalam banyak cara. Karunia-karunia itu kaya, penuh, dan berlimpah di Gereja zaman sekarang. Karunia-karunia itu mengalir dari penggunaan kesaksian yang rendah hati dan benar. Karunia-karunia itu juga datang melalui menyembuhkan yang sakit setelah pengurapan dengan minyak yang dipersucikan. Kristus adalah Tabib Besar, yang bangkit dari kematian “dengan kesembuhan pada sayap-sayap-Nya,”6 sementara sang Penghibur adalah agen penyembuhan. Tuhan telah menyediakan banyak cara melalui mana kita menerima pengaruh yang menyembuhkan ini. Saya bersyukur bahwa Dia telah memulihkan pekerjaan bait suci ke bumi. Itu adalah bagian penting dari pekerjaan penyelamatan bagi mereka yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Bait suci-bait suci kita menyediakan sebuah tempat dimana kita dapat pergi untuk mengesampingkan banyak kecemasan dunia ini. Bait suci-bait suci kita adalah tempat kedamaian dan ketenangan. Di tempat yang kudus inilah Allah “menyembuhkan orang-orang yang patah hati, dan membalut luka-luka mereka.” Pembacaan dan pembelajaran tulisan suci dapat mendatangkan penghiburan besar. Presiden Marion G. Romney 1897–1988, Penasihat Pertama dalam Presidensi Utama, menyatakan “Saya merasa yakin bahwa jika, di rumah kita, orang tua mau membaca Kitab Mormon dengan sungguh-sungguh dan secara rutin, membaca sendiri maupun bersama anak-anak, roh dari kitab yang hebat itu akan datang untuk mengisi rumah kita dan semua orang yang tinggal di dalamnya. Roh kekhidmatan akan meningkat, rasa hormat bersama dan perhatian bagi satu sama lain akan tumbuh. Roh pertengkaran akan menyingkir. Orang tua akan menasihati anak-anak mereka dalam kasih dan kebijaksanaan yang lebih besar. Kesalehan akan meningkat. Iman, pengharapan dan kasih—kasih murni Kristus—akan tinggal di dalam rumah dan kehidupan kita, yang membawa dalam kehidupan mereka kedamaian, sukacita, serta kebahagiaan.”7 Semasa muda saya, manfaat kesehatan yang diperoleh dari Kata-Kata Bijaksana, termasuk tidak menggunakan tembakau, minuman beralkohol, teh, dan kopi, belum ditegaskan sebaik sekarang ini. Namun, manfaat rohaninya telah lama dirasakan. Kata-Kata Bijaksana menjanjikan bahwa mereka yang ingat untuk mematuhi perintah ini dan hidup menaati perintah-perintah ini “akan memperoleh kesehatan di seluruh tubuh mereka.”8 Sumsum telah lama menjadi lambang bagi semangat dan kehidupan yang sehat. Namun di zaman transplantasi sumsum tulang untuk menyelamatkan hidup, kalimat “sumsum untuk tulang mereka” memberi makna tambahan yang penting sebagai perjanjian rohani. Janji-janji bagi mereka yang menaati Kata-Kata Bijaksana tetap berlaku. Mereka yang menaati hukum ini “akan menemukan kebijaksanaan dan harta pengetahuan yang besar, bahkan harta yang tersembunyi; Dan mereka akan lari dan tidak menjadi letih, dan akan jalan dan tidak jatuh pingsan. Dan, Aku, Tuhan, memberi mereka sebuah janji, bahwa malaikat pemusnah akan melewati mereka, seperti terhadap anak-anak Israel, dan tidak membinasakan mereka.” Tuhan telah berjanji bahwa malaikat pemusnah akan melewati kita, seperti terhadap anak-anak Israel, dan tidak membinasakan Jika kita ingin diselamatkan, kita juga perlu dilindungi dari berbagai metode yang menghancurkan dalam pekerjaan di dunia zaman sekarang. Meskipun demikian, bagi banyak di antara kita, penyembuhan rohani terjadi bukan di tempat-tempat besar di dunia ini namun di pertemuan-pertemuan sakramen kita. Adalah menghibur untuk beribadat dengan mengambil sakramen dengan dan diajar dengan roh kerendahan hati oleh tetangga dan teman-teman dekat yang mengasihi Tuhan serta berusaha untuk menaati perintah-perintah-Nya. Uskup kami yang baik hati menugasi para penceramah untuk berbicara tentang Injil atau asas. Biasanya mereka berbicara dengan kuasa Roh kudus, dengan membuka hati mereka agar orang-orang yang hadir dapat mengetahui nilai kesaksian mereka. Kita sebagai hadirin memahami bahwa itu diajarkan oleh Roh Kebenaran dan menegaskan kesaksian yang menyertainya. Pertemuan sakramen kita hendaknya penuh pemujaan dan penyembuhan, dengan menjaga mereka yang menghadirinya tetap kuat secara rohani. Bagian dari proses penyembuhan terjadi ketika kita beribadat melalui musik dan lagu. Menyanyikan nyanyian rohani kita yang indah serta penuh pemujaan adalah makanan bagi jiwa kita. Kita menjadi sehati dan sepikiran ketika kita menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan. Di antara pengaruh-pengaruh lainnya, beribadat melalui lagu-lagu memiliki dampak secara rohani yang mempersatukan para peserta dalam sikap khidmat. Penyembuhan rohani juga datang dari memberikan dan mendengarkan kesaksian yang rendah hati. Sebuah kesaksian yang diberikan dengan jiwa yang patah, penuh syukur bagi pemeliharaan rohani, dan tunduk pada bimbingan ilahi merupakan obat yang mujarab untuk menolong meredakan kepedihan serta kecemasan di hati kita. Saya meragukan bahwa para anggota yang tulus di Gereja ini dapat memperoleh penyembuhan rohani sepenuhnya tanpa menjadi selaras dengan dasar Gereja ini, yang dinyatakan oleh Rasul Paulus yaitu “para rasul dan nabi.”10 Ini mungkin bukan hal yang populer untuk dilakukan berdasarkan sejarah masa lalu tentang penolakan dunia akan para nabi dan pesan-pesan mereka. Walaupun demikian mereka adalah penyambung lidah Allah di bumi dan mereka dipanggil untuk memimpin serta mengatur pekerjaan pada zaman dan masa ini. Adalah juga penting bagi kita untuk kedapatan terus-menerus mendukung uskup, presiden cabang, dan presiden wilayah serta presiden distrik kita. Informasi terkini tampaknya menegaskan bahwa penyembuhan rohani terakhir terjadi dengan cara melupakan diri sendiri. Sebuah kajian tentang catatan-catatan tertulis menyebutkan bahwa mereka yang dapat bertahan hidup paling baik di penjara dan di kamp-kamp penawanan adalah mereka yang prihatin terhadap sesama narapidana dan bersedia memberikan makanan serta barang-barang mereka untuk membantu orang lain. Dr. Viktor Frankl menyatakan “Kita yang hidup di kamp konsentrasi dapat mengingat para pria yang berjalan memasuki gubuk-gubuk menghibur orang lain, memberikan potongan roti terakhir mereka. Orang-orang ini mungkin sedikit jumlahnya, namun mereka memberikan bukti yang cukup bahwa segala sesuatu dapat diambil dari seseorang kecuali satu hal kebebasan terakhir manusia—untuk memilih sikap seseorang dalam serangkaian situasi yang diberikan, untuk memilih cara orang itu sendiri.”11 Juruselamat dunia mengatakan dengan sangat sederhana “Barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya.”12 Dari semua hal yang dapat kita lakukan untuk menemukan ketenangan, doalah yang barangkali paling menghibur. Kita diperintahkan untuk berdoa kepada Bapa, dalam nama Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus, dan dengan kuasa Roh Kudus. Tindakan berdoa kepada Allah adalah memuaskan jiwa, meskipun Allah, dalam hikmat-Nya, mungkin tidak memberi apa yang kita minta. Presiden Harold B. Lee 1899–1973 mengajarkan kepada kita bahwa semua doa kita dijawab, namun kadang-kadang Tuhan berkata Nabi Joseph mengajarkan bahwa “cara terbaik untuk memperoleh kebenaran dan kebijaksanaan adalah … datang kepada Allah dalam doa.”14 Doalah yang paling bermanfaat dalam proses penyembuhan. Luka-luka yang disebabkan oleh orang lain disembuhkan dengan “keterampilan menyembuhkan.” Presiden Joseph F. Smith 1838–1918 menyatakan, “Namun penyembuhan sebuah luka adalah suatu keterampilan yang tidak diperoleh hanya melalui praktik, namun melalui kelembutan yang penuh kasih yang datang dari niat baik sepenuhnya dan minat yang simpatik demi kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain.”15 Ada harapan bagi semua orang untuk disembuhkan melalui pertobatan dan kepatuhan. Nabi Yesaya menjelaskan bahwa “sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju.”16 Nabi Joseph Smith menyatakan, “Tidak pernah ada saat ketika roh terlalu tua untuk mendekat kepada Allah. Semua orang berada dalam jangkauan mendapat belas kasihan.”17 Setelah kita sungguh-sungguh bertobat, rumusnya benar-benar sederhana. Sesungguhnya, Tuhan telah memberikan rumus itu kepada kita dalam kata-kata ini “Tidak maukah kamu sekarang kembali kepada-Ku, dan bertobat akan dosa-dosamu, dan ditobatkan agar Aku dapat menyembuhkan kamu?”18 Dalam melakukan hal itu, kita memiliki janji-Nya bahwa “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati, dan membalut luka-luka mereka.” Kita menemukan ketenangan di dalam Kristus melalui pengaruh sang Penghibur, dan Juruselamat mengulurkan undangan kepada kita “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”19 Rasul Petrus berbicara tentang “serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”20 Sewaktu kita melakukan hal ini, penyembuhan terjadi, sama seperti yang Tuhan janjikan melalui Nabi Yeremia ketika Dia berfirman “Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, dan akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka …. Aku akan membuat segar orang yang lelah, dan setiap orang yang merana akan Kubuat puas.”21 Di kemuliaan selestial, kita diberitahu bahwa “Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita.”22 Maka iman dan pengharapan akan menggantikan rasa sakit hati, kekecewaan, kesengsaraan, penderitaan, dan kepedihan, dan Tuhan akan memberi kita kekuatan, sebagaimana yang Mormon katakan, bahwa kita “tidak akan menderita sesuatu macam kesengsaraan apa pun, kecuali kesengsaraan itu tertelan di dalam kesukaan tentang Kristus.”23 GAGASAN BAGI PENGAJAR KE RUMAH Setelah Anda dengan doa yang sungguh-sungguh mempersiapkan diri, bagikanlah pesan ini dengan menggunakan metode yang mendorong peran serta dari mereka yang Anda ajar. Berikut adalah beberapa contohnya Perlihatkan apa yang Anda gunakan atau mintalah para anggota keluarga untuk memperlihatkan apa yang mereka gunakan untuk merawat luka-luka ringan, misalnya sabun, air, dan perban. Bahaslah proses penyembuhan jasmani. Menurut Presiden Faust, mengapa kita memerlukan penyembuhan rohani dewasa ini? lihat empat alinea pertama dalam artikel ini. Bahaslah beberapa “metode” Presiden Faust untuk memperoleh karunia penyembuhan. Berikan kesaksian mengenai kuasa penyembuhan dari Yesus Kristus. Bacalah dengan keras atau ceritakan dengan kata-kata Anda sendiri kisah mengenai Warren M. Johnson. Apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini mengenai luka dan penyembuhan rohani? Bacalah apa yang dikatakan oleh Presiden Faust mengenai pertemuan sakramen. Mintalah para anggota keluarga membagikan bagaimana menghadiri pertemuan sakramen telah membantu mereka merasakan Roh Kudus dan disembuhkan. Tekankan bahwa Presiden Faust menggunakan firman Allah dari tulisan suci kunci untuk membantu menyembuhkan jiwa yang terluka lihat Yakub 28. Kenali dan bagikanlah tulisan suci tersebut yang mengesankan bagi Anda. Aku sudah memberikan teladan kepada kamu semua, supaya kamu juga melakukan apa yang sudah aku lakukan untuk kamu.’​—YOH. 1315, ABB. 1, 2. Pada malam terakhir Yesus di bumi, apakah pengajaran yang diberikan Yesus kepada para rasulnya? INILAH malam terakhir Yesus di bumi. Jadi, dia meluangkan masa dengan rasul-rasulnya di sebuah rumah di Yerusalem. Semasa makan malam, Yesus bangun, menanggalkan jubah luarnya, dan mengikat sehelai tuala pada pinggangnya. Kemudian dia menuang air ke dalam sebuah besen lalu mula membasuh kaki pengikut-pengikutnya dan mengeringkannya dengan tuala. Selepas itu, dia memakai balik jubahnya. Mengapakah Yesus berbuat demikian?​—Yoh. 133-5. 2 Yesus menjelaskan, Adakah kamu memahami apa yang baru sahaja aku lakukan untuk kamu? Jika aku sebagai Tuan dan Guru kamu, sudah membasuh kaki kamu, maka kamu wajib saling membasuh kaki. Aku sudah memberikan teladan kepada kamu semua, supaya kamu juga melakukan apa yang sudah aku lakukan untuk kamu.’ Yoh. 1312-15, ABB Kesudian Yesus untuk melakukan tugas yang dipandang rendah memberi para rasul pengajaran yang sukar dilupakan. Pengajaran itu menggalakkan mereka supaya bersikap rendah hati pada masa yang akan datang. 3. a Apakah dua peristiwa yang mana Yesus menekankan pentingnya sikap rendah hati? b Apakah yang akan dibincangkan dalam rencana ini? 3 Ini bukanlah kali pertama Yesus menekankan pentingnya sikap rendah hati. Pernah sekali, semasa rasulnya bertengkar tentang siapa yang lebih besar, Yesus membawa seorang kanak-kanak lalu memberitahu mereka, Sesiapa yang menyambut kanak-kanak ini kerana aku, menyambut aku. Dan sesiapa yang menyambut aku, juga menyambut Dia yang mengutus aku. Sesiapa yang terkecil antara kamu, dialah yang terbesar!’ Luk. 946-48 Pada kesempatan lain, Yesus memberitahu orang Farisi yang suka akan kemasyhuran, “Orang yang meninggikan diri akan direndahkan, tetapi orang yang merendahkan diri akan ditinggikan.” Luk. 1411, ABB Jelaslah bahawa Yesus mahu pengikutnya bersikap rendah hati, iaitu tidak sombong, angkuh atau meninggikan diri. Mari kita lihat contoh Yesus agar kita dapat meniru sikap rendah hati yang diperlihatkannya. Kita juga akan lihat bagaimana sikap ini dapat membawa manfaat kepada kita dan orang lain. AKU TIDAK BERPALING DARIPADANYA’ 4. Sebelum Yesus turun ke bumi, bagaimanakah dia memperlihatkan sikap rendah hati? 4 Yesus juga memperlihatkan kerendahan hati di syurga. Di sana, dia telah meluangkan banyak masa bersama Bapanya. Yesaya menggambarkan hubungan akrab yang dinikmati antara Yesus dengan Bapanya, Raja Yehuwa telah mengajar aku tentang apa yang harus kukatakan, supaya aku dapat menguatkan orang yang letih lesu. Tiap-tiap pagi Dia membangkitkan keinginanku untuk mendengar ajaran-Nya bagiku. Yehuwa telah memberi aku pengertian, aku tidak memberontak atau berpaling daripada-Nya.’ Yes. 504, 5, ABB Yesus bersikap rendah hati dan memberikan sepenuh perhatian semasa diajar oleh Bapanya. Dia rela dan suka belajar daripada Tuhan. Yesus tentu nampak kerendahan hati dan belas kasihan yang diperlihatkan oleh Yehuwa kepada umat manusia yang berdosa. 5. Dalam peranannya sebagai ketua malaikat, bagaimanakah Yesus memperlihatkan kerendahan hati dan kesederhanaan? 5 Malangnya, bukan semua makhluk di syurga memperlihatkan sikap rendah hati seperti Yesus. Malaikat yang kemudiannya menjadi Syaitan Si Iblis enggan belajar daripada Yehuwa. Sebaliknya dia mementingkan diri, bersikap sombong lalu memberontak menentang Yehuwa. Yesus tidak pernah merungut tentang kedudukannya di syurga atau terfikir untuk menyalahgunakan kuasanya. Dalam peranannya sebagai Mikhael, iaitu ketua malaikat, Yesus memperlihatkan kerendahan hati dan kesederhanaan. Semasa berlakunya perbalahan dengan Iblis mengenai jenazah Musa, Mikhael tidak melampaui batas kuasanya. Dia tahu bahawa Yehuwa, iaitu Hakim Agung seluruh alam semesta akan menangani hal itu mengikut cara dan jadual-Nya.​—Baca Yudas 9. 6. Bagaimanakah Yesus menunjukkan sikap rendah hati semasa menerima tugasan untuk menjadi Mesias? 6 Semasa di syurga, Yesus tentu telah mempelajari nubuat-nubuat tentang kehidupannya di bumi. Maka dia tahu bahawa dia akan menderita semasa di bumi dan kemudiannya dibunuh. Namun, Yesus menerima tugasan untuk menjadi Mesias dengan tangan terbuka. Mengapa? Paulus menonjolkan kerendahan hati Yesus semasa menulis, Dia tidak menganggap dia harus berusaha menjadi sama dengan Tuhan. Sebaliknya, dia rela melepaskan segala-galanya, lalu menjadi seperti seorang hamba. Dia datang sebagai manusia, dan hidup seperti manusia.’​—Flp. 26, 7, nota kaki, ABB. “DIA MERENDAHKAN DIRI” SEMASA DI BUMI Bagaimanakah kerendahan hati Yesus bermanfaat bagi kita? 7, 8. Bagaimanakah Yesus menunjukkan sikap rendah hati semasa dia kecil dan semasa menginjil? 7 Semasa Yesus “datang sebagai manusia, dan hidup seperti manusia,” tulis Paulus, dia merendahkan diri dan hidup dengan taat kepada Tuhan sehingga mati.’ Ya, dia telah mati pada tiang seksaan. Flp. 28 Dari kecil lagi, Yesus bersikap rendah hati. Walaupun ibu bapanya, Yusuf dan Maria tidak sempurna, Yesus rendah hati dan “taat kepada mereka.” Luk. 251 Sememangnya, Yesus menetapkan teladan yang baik bagi kaum muda. Tuhan tentu akan memberkati orang muda yang rela mentaati ibu bapa mereka! 8 Yesus bersikap rendah hati dan mengutamakan kehendak Yehuwa, bukannya kehendak sendiri. Yoh. 434 Semasa menginjil, Yesus Kristus menggunakan nama peribadi Tuhan dan membantu orang yang berhati jujur untuk mendapat pengetahuan yang tepat tentang sifat-sifat Yehuwa serta tujuan-Nya. Yesus selalu hidup selaras dengan ajarannya. Misalnya, dalam Doa Bapa Kami, perkara pertama yang disentuh oleh Yesus ialah “Bapa kami yang di syurga, semoga nama-Mu disucikan.” Mat. 69, NW Yesus mengutamakan penyucian nama Yehuwa dan dia mengarahkan pengikutnya untuk berbuat demikian juga. Pada akhir hayatnya di bumi, Yesus dapat berkata dengan penuh yakin bahawa dia telah memuliakan nama Tuhan. Yoh. 1726 Selain itu, Yesus sering berkata bahawa dia tidak dapat melakukan apa-apa tanpa bantuan Yehuwa.​—Yoh. 519. 9. Apakah yang dinubuatkan oleh Zakharia tentang Mesias, dan bagaimanakah nubuat ini digenapi oleh Yesus? 9 Mengenai Mesias, Zakharia bernubuat, “Bersukacitalah, hai penduduk Sion! Bersoraklah, hai penduduk Yerusalem! Lihatlah, raja kamu datang! Dia datang dengan kemegahan dan kemenangan, tetapi dengan kerendahan hati, dia datang dengan menunggang keldai, dengan mengenderai anak keldai yang muda.” Za. 99, ABB Nubuat ini digenapi semasa Yesus memasuki Yerusalem sebelum Paska pada tahun 33 M. Banyak orang membentangkan jubah di atas jalan, sementara yang lain meletakkan ranting-ranting pokok di jalan. Keadaan di seluruh kota itu sangat riuh-rendah. Biarpun Yesus disambut sebagai Raja, dia tetap bersikap rendah hati.​—Mat. 214-11. 10. Apakah yang dibuktikan oleh Yesus yang taat kepada Tuhan sehingga mati? 10 Yesus Kristus tetap rendah hati dan taat kepada Tuhan sehingga dibunuh pada tiang seksaan. Teladan Yesus membuktikan bahawa manusia dapat tetap setia kepada Yehuwa meskipun menghadapi cubaan dan dugaan yang sangat teruk. Yesus juga telah menyangkal dakwaan Syaitan bahawa manusia hanya menyembah Tuhan untuk kepentingan sendiri. Ayb. 19-11; 24 Selain itu, integriti Kristus membuktikan kewajaran dan keadilbenaran Yehuwa sebagai Pemerintah Alam Semesta Yang Berdaulat. Yehuwa tentu berasa gembira semasa melihat kesetiaan Anak-Nya yang rendah hati.​—Baca Amsal 2711. 11. Apakah manfaat yang dibawa oleh korban tebusan Yesus? 11 Yesus telah membayar harga tebusan untuk umat manusia melalui kematiannya. Mat. 2028 Maka, Yehuwa dapat mengampunkan dosa kita mengikut tuntutan-Nya yang adil benar dan kita diberikan peluang untuk hidup selama-lamanya. Paulus menulis, Semua orang dibebaskan daripada kesalahan dan diberikan hidup, kerana perbuatan satu orang yang melakukan kehendak Tuhan.’ Rm. 518 Kematian Yesus membuka jalan supaya kaum terurap dapat hidup selama-lamanya di syurga dan “domba-domba lain” dapat hidup selama-lamanya di bumi.​—Yoh. 1016; Rm. 816, 17. AKU “RENDAH HATI” 12. Bagaimanakah Yesus bersikap rendah hati dan lemah lembut terhadap manusia yang tidak sempurna? 12 Yesus menjemput “semua yang lelah kerana memikul beban yang berat” untuk datang kepadanya. Dia berkata, Ikutlah perintahku dan terimalah ajaranku, kerana aku ini lemah lembut dan rendah hati; kamu akan mendapat kesejahteraan.’ Mat. 1128, 29, ABB Sikap rendah hati dan lemah lembut menggerakkan Yesus untuk melayan manusia yang tidak sempurna dengan baik dan adil. Dia tidak menuntut sesuatu yang di luar kemampuan pengikutnya. Dia memuji dan menggalakkan mereka, dan tidak bersikap kasar atau menindas. Dia tidak menyebabkan mereka berasa tidak cekap atau tidak berguna. Yesus meyakinkan pengikutnya bahawa jika mereka menghampirinya dan menerapkan ajarannya, mereka akan mendapat kesejahteraan kerana perintahnya mudah diturut dan bebannya mudah dipikul. Orang daripada pelbagai lapisan masyarakat berasa sangat selesa dengan Yesus.​—Mat. 1130. Teladani belas kasihan Yesus 13. Bagaimanakah Yesus berbelas kasihan terhadap orang yang ditindas? 13 Yesus berbelas kasihan terhadap orang biasa di Israel kerana mereka dipandang rendah dan ditindas. Dia mengasihi dan memberikan perhatian kepada mereka. Misalnya dekat Yerikho, dua orang buta, seorang bernama Bartimeus dan seorang lagi tidak dinamakan, berseru-seru meminta bantuan Yesus. Tetapi orang ramai memarahi mereka dan menyuruh mereka diam. Di bawah keadaan sebegini, memang senang untuk mengabaikan seruan mereka. Tetapi Yesus tidak berbuat begitu. Dia mengasihani mereka lalu menyembuhkan mereka. Ya, Yesus meniru Bapa Yehuwa dengan memperlihatkan kerendahan hati dan berbelas kasihan terhadap orang berdosa.​—Mat. 2029-34; Mrk. 1046-52. “SESIAPA YANG MERENDAHKAN DIRI AKAN DITINGGIKAN” 14. Apakah manfaat yang dibawa oleh kerendahan hati Yesus? 14 Kerendahan hati Yesus Kristus menghasilkan sukacita dan manfaat yang besar. Yehuwa gembira kerana Anak kesayangan-Nya melakukan kehendak-Nya dengan rendah hati. Para rasul dan pengikut Yesus juga mendapat manfaat daripada sikap lemah lembut dan rendah hati Yesus. Teladan, ajaran, dan kata-kata pujian Yesus menggerakkan mereka untuk membuat kemajuan rohani. Orang biasa mendapat manfaat kerana Yesus telah membantu, mengajar, dan menggalakkan mereka. Sememangnya, korban Yesus membawa manfaat yang kekal kepada umat manusia yang taat. 15. Apakah manfaat yang diraih oleh Yesus kerana dia rendah hati? 15 Bagaimana pula dengan Yesus? Adakah kerendahan hatinya membawa manfaat bagi dirinya? Ya, Yesus memberitahu muridnya, “Sesiapa yang merendahkan diri akan ditinggikan.” Mat. 2312 Kata-katanya terbukti benar. Paulus menjelaskan, Tuhan meninggikan [Yesus] setinggi-tingginya, dan mengurniai dia kedudukan yang lebih tinggi daripada semua kedudukan yang lain. Oleh itu, untuk menghormati Yesus, semua makhluk di syurga, dan di bumi akan mengaku bahawa Yesus Kristus ialah Tuan; dengan demikian Tuhan Bapa dimuliakan.’ Oleh sebab Yesus rendah hati dan setia semasa di bumi, Tuhan Yehuwa meninggikan Anak-Nya dan mengurniainya kekuasaan atas semua makhluk di syurga dan di bumi.​—Flp. 29-11. YESUS AKAN MENUNGGANG DEMI KEBENARAN DAN KERENDAHAN HATI’ 16. Bagaimanakah Yesus akan terus menunjukkan kerendahan hati? 16 Selepas naik ke syurga, Yesus akan terus menunjukkan kerendahan hati. Pemazmur menubuatkan bagaimana Yesus akan bertindak terhadap musuhnya, “Dalam kemuliaanmu majulah menuju kejayaan, menungganglah demi kebenaran, kerendahan hati, dan keadilbenaran.” Mzm. 454, NW Semasa Armagedon, Yesus yang rendah hati akan menegakkan kebenaran dan keadilan. Apakah yang akan berlaku pada akhir Pemerintahan Seribu Tahun Kristus, iaitu selepas Raja Kerajaan Mesias “menaklukkan semua pemerintah, penguasa dan pemimpin”? Adakah Yesus akan terus memperlihatkan kerendahan hati? Ya, kerana dia akan menyerahkan Kerajaan Tuhan kepada Bapanya.​—Baca 1 Korintus 1524-28. 17, 18. a Mengapakah penting bagi kita untuk meniru teladan Yesus dan bersikap rendah hati? b Apakah yang akan dibincangkan dalam rencana seterusnya? 17 Bagaimana pula dengan kita? Adakah kita meniru teladan Yesus dan bersikap rendah hati? Adakah kita akan diselamatkan semasa Armagedon? Raja Yesus Kristus yang rendah hati hanya akan menyelamatkan mereka yang rendah hati dan adil benar. Oleh itu, kita mesti memupuk kerendahan hati agar diselamatkan. Lagipun, kita mendapat banyak manfaat dengan memperlihatkan kerendahan hati seperti Yesus Kristus. 18 Apakah yang dapat membantu kita untuk meniru Yesus dalam memperlihatkan kerendahan hati? Bagaimanakah kita dapat tetap rendah hati walaupun menghadapi cabaran? Soalan-soalan ini akan dibincangkan dalam rencana yang seterusnya.

tindakan yang menyedihkan hati tuhan